Pengaruh Novel Hayy bin Yaqzhon terhadap Sastra Dunia

Avatar

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:54 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(For: DetakIndo.com)

i

(For: DetakIndo.com)

Oleh: Aldi Hidayat

SUMENEP | DetakIndo.com – Di balik karya besar, seperti Tarzan, Jungle Book dan Robinson Crosoe, ada inspirasi besar yang digali dari novel Abad Pertengahan. Novel tersebut bertajuk Hayy bin Yaqzdzon yang ditulis oleh filsuf Andalusia (kini Spanyol), Ibnu Thufail. Ia bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail. Dia dilahirkan di Wadi Ash dekat Granada, Andalusia (sekarang Spanyol) pada tahun 506 H/1110 M.

Ibnu Thufail merupakan ilmuwan multidisipliner. Terbukti, berbagai disiplin ilmu oleh Ibnu Thufail dikuasai, mulai filsafat, kedokteran, astronomi, ilmu pasti, ilmu alam sampai fiksi. Kepiawaiannya dalam ilmu kedokteran pernah mengantarkannya menjadi dokter privat khalifah Abu Yaqub al-Manshur, khalifah kedua dinasti Muwahhidun. Sepanjang hidupnya, Ibnu Thufail meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan beberapa cendekiawan mengenai pemikiran Aristoteles. Di antara para cendekiawan itu adalah Ibnu Rusyd.

Ibnu Thufail berhasil menetaskan banyak karya, terutama di bidang kedokteran dan astronomi. Akan tetapi, semua karya tersebut hilang ditelan zaman kecuali naskah novel filosofis-teosentris yang akan diulas ini.

Alur Cerita Hayy bin Yaqzhon

Ibnu Thufail menggambarkan Hayy, tokoh utama novel ini sebagai sosok yang secara biologis terlahir secara unik. Digambarkannya Hayy lahir dari percampuran saripati tanah dengan air. Dari percampuran itu, Hayy lahir layaknya tumbuhan yang bertransformasi dari bibit menjadi seonggok badan lalu bernafas layaknya bayi normal. Lahir di rimba tanpa asuhan orang tua, tapi seekor rusa menemukan sosok Hayy kecil. Dari situ, bermula pengasuhan binatang atas manusia.

Singkat kisah, Hayy dilukiskan sebagai manusia mandiri yang haus akan pengetahuan. Hayy dihadapkan kepada tragedi memilukan, berupa kematian sang induk, yaitu rusa yang selama ini mengasuhnya. Kala itu, Hayy belum tahu apa itu kematian. Maka dari itu, Hayy dengan dibekali kemauan keras untuk mengetahui hakikat sesuatu, meneliti tubuh rusa, induknya itu yang sudah tidak berkutik lagi. Mula-mula, Hayy memeriksa bagian luar tubuh sang induk.

Akan tetapi, ia tidak menemukan kerusakan di bagian luar tubuh yang terbujur kaku tersebut. Akhirnya, Hayy memberanikan diri untuk membedah tubuh sang induk. Usai pembedahan, Hayy mengecek anggota tubuh bagian dalam, hingga pada akhirnya ia sampai pada sentral tubuh rusa, yaitu jantung. Di bagian ini, Hayy mendapati rongga kosong yang di benak Hayy, hal itu memicu kematian induknya. Demi membuktikan prasangkanya ini, Hayy mencoba memburu binatang lain untuk kemudian membedahnya.

Setelah mendapatkan dan melakukan pembedahan, Hayy mendapati bahwa binatang tersebut tidak langsung mati. Baru di kala Hayy merusak salah satu rongga jantung binatang tersebut, seketika itu pula si binatang mati. Atas dasar eksperimen ini, Hayy menyimpulkan bahwa penyebab kematian sang induk ialah kerusakan jantung. Selain itu, Hayy juga memanen kesimpulan bahwa setiap sesuatu tentu mempunyai inti, seperti halnya jantung sebagai inti raga. Jika inti ini rusak, maka rusaklah seluruh bagian sesuatu itu.

Pada bagian akhir novel, Ibnu Thufail menceritakan pertemuan Hayy dengan tokoh bernama Isal. Keduanya sama-sama mempunyai resolusi mencari Pencipta dan Penguasa alam. Singkat kisah, keduanya bersepakat mendatangi pulau Isal, dalam rangka megajarkan rahasia-rahasian kehidupan atau Tashawwuf kepada penduduk di sana. Akan tetapi, kedatangan mereka ditolak oleh penduduk, lantaran gnostisme mereka berseberangan dengan ortodoksi keagamaan yang penduduk anut.

Reputasi Novel Hayy bin Yaqdzon

Novel Hayy bin Yaqdzon pada putaran abad selanjutnya menginspirasi beberapa karya-karya fiktif yang pernah mengguncang dunia. Karya-karya yang mendapat inspirasinya dari kisah Hayy bin Yaqdzon nyaris tidak asing lagi di telinga kita. Lebih dari itu, karya-karya tersebut tidak sedikit yang diangkat sebagai film. Berikut segelintir keterangan berkenaan karya-karya fiktif tersebut.

Pertama, karya fiktif pertama yang menyoal inspirasi dari karya Ibnu Thufail ini adalah novel El-Critilon. Novel ini adalah buah pikiran Baltazer Gracian. Sebagaimana Hayy bin Yaqdzon, novel El-Critilon memuat saripati tentang proses menggapai dan bertahan dalam kebenaran. Tokoh utama novel ini adalah Critilo. Diceritakan bahwa Critilo adalah sosok yang haus hakikat sesuatu, sebagaimana tokoh Hayy dalam kisah Hayy bin Yaqdzon.

Kedua, novel Robinson Crosoe, karya Daniel de Foe. Robinson selaku tokoh utama dalam novel tersebut dijuluki anak sang rembulan. Pasalnya, ia digambarkan sebagai pencari kebenaran yang hidup dalam asuhan langsung belantara alam, bukan melalui belai kasih orang tua. Novel ini diterbitkan pada tahun 1719 M.

Ketiga, novel Jungle Book. Novel ini adalah karya Rudyard Kipling. Novel ini terdiri dari dua jilid. Jilid pertama berjudul Jungle Book, sedangkan jilid kedua berjudul The Second Book of the Jungle. Novel ini pernah diangkat sebagai film oleh Walt Disney, salah satu perusahaan film di Amerika, pada tahun 1966. Beberapa tahun sebelumnya, novel tersebut difilmkan oleh perusahaan film, United Artist, tepatnya pada putaran kalender 1944.

Keempat, novel Tarzan. Novel tersebut adalah karya Edgar Rice Bouroughs. Tarzan pada tahun 1972 dipublikasikan dalam bentuk 47 kisah dan teater. Tidak hanya itu, kisah ini juga ditayangkan dalam 43 film sinema, 10 film Racontes, 18 foto Roman, 57 film televisi dan 1010 Bandes Dessinees. Tak ayal, tokoh Tarzan ditahbiskan sebagai tokoh inspiratif seni sastra dan tokoh inspiratif beberapa seni di Amerika dan Eropa (Saad, 2010: 48-58).

Empat karya besar di atas telah mendulang popularitas yang amat melimpah di tingkat dunia. Kesemuanya itu telah memainkan peran begitu sentral dalam dunia sastra. Kendati seperti demikian, kita tidak dapat memungkiri bahwa di balik kegemilangan empat karya itu, novel Hayy bin Yaqdzon tampil sebagai inspirator besar yang jauh lebih pantas mendapat penghargaan lebih signifikan.

Follow WhatsApp Channel detakindo.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Inilah Figur yang Dianggap Ideal untuk Memimpin PCNU Sumenep
Ketua BEM Universitas Annuqayah Mengecam Keras Terhadap Tindakan Intimidasi Oknum Koramil Kecamatan Guluk-Guluk, Pasca Kegiatan Haul Syuhada Kiai Abdullah Sajjâd
Arogansi Aparat Koramil Guluk-Guluk Menghebohkan Masyarakat, Pasca Haul Kiai Abdullah Sajjad
BEM Nusantara Instruksikan Demo Nasional, Soroti Polisi Preman Berseragam dan Kekerasan pada Ojol
Cipayung Sumenep Gelar Konsolidasi Tragedi Affan Kurniawan, Tuntut Keadilan dan Reformasi Polri
Perbup Tembakau Dinilai Setengah Hati, PC PMII Sumenep Desak Perda Segera Dibahas
Pemdes Saobi Resmikan Rumah Singgah untuk Warga dan Mahasiswa di Kota Sumenep
Aliansi BEM Sumenep Soroti Data Bansos Bermasalah, Dinsos Akui Ada Kecurangan

Berita Terkait

Selasa, 9 September 2025 - 15:50 WIB

Inilah Figur yang Dianggap Ideal untuk Memimpin PCNU Sumenep

Minggu, 31 Agustus 2025 - 12:12 WIB

Ketua BEM Universitas Annuqayah Mengecam Keras Terhadap Tindakan Intimidasi Oknum Koramil Kecamatan Guluk-Guluk, Pasca Kegiatan Haul Syuhada Kiai Abdullah Sajjâd

Minggu, 31 Agustus 2025 - 11:26 WIB

Arogansi Aparat Koramil Guluk-Guluk Menghebohkan Masyarakat, Pasca Haul Kiai Abdullah Sajjad

Jumat, 29 Agustus 2025 - 22:35 WIB

BEM Nusantara Instruksikan Demo Nasional, Soroti Polisi Preman Berseragam dan Kekerasan pada Ojol

Jumat, 29 Agustus 2025 - 20:44 WIB

Cipayung Sumenep Gelar Konsolidasi Tragedi Affan Kurniawan, Tuntut Keadilan dan Reformasi Polri

Berita Terbaru